menikmati karya Tuhan itu adalah bagian yang harus dialami oleh setia oran percayaa, mengapa..?
karena orang pecaya adalah mutlak kehidupannya harus dan wajib menerima berkat Tuhan, saya berdoa kepada Tuhan agar setiap orang yang peraya kepada Tuhan n yang melakukan frman Tuhan agar diberkati oleh tuhan secara khusus dan berbeda dengan orang yang tidak sungguh2 hidup dalam Tuhan, mengapa demikian? karena kehidupan dan kemenangan seorang yang mengaku pengikut kristus adalah hidup yang dilimpahi oleh BERKAT YANG DARI PADA TUHAN itu sediri,...
jadi teman2 pembaca mari intropeksi diri lagi, bahwa engkau dimita Tuhan agar menimati berk
 
Tuhan menghardik Iblis

Zakharia3:1-4
Kita membaca tentang penglihatan yang diberikan kepada nabi
Zakharia. Pada penglihatan keempat, Zakharia melihat imam besar
Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN, dan Iblis berdiri di
sebelah kanannya untuk mendakwa dia. Iblis senantiasa mendakwa untuk
membuat kita kecil hati sehingga tidak sanggup menjalankan tugas
yang Tuhan berikan.

Tetapi puji Tuhan, Malaikat Tuhan kemudian berkata: "TUHAN kiranya
menghardik engkau, hai Iblis!... Bukankah dia ini puntung yang telah
ditarik dari api?" Saat menerima keselamatan dari Tuhan, kita
bagaikan puntung yang ditarik dari api. Kemurahan Tuhan telah
menarik kita dari orang berdosa menjadi anak Tuhan melalui kelahiran
baru.

Pakaian Kotor.
Kemudian Zakharia melihat Malaikat TUHAN menyuruh orang-orang yang
melayaninya untuk menanggalkan pakaian kotor yang dikenakan Yosua.
Pakaian kotor berbicara dari hal dosa yang harus kita tanggalkan.
Sebagai gantinya, kita harus mengenakan jubah kebenaran.

Malaikat Tuhan lalu berkata kepada Yosua, "Lihat, dengan ini aku
telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan
kepadamu pakaian pesta." Puji Tuhan! Tuhan akan memberikan pakaian
pesta, pengganti pakaian kita yang kotor.

Dalam perumpamaan anak yang hilang, saat ia kembali ke rumah
bapanya, sang ayah menyuruh orang mengenakan jubah yang terbaik
kepadanya – Lukas 15:11-24. Suatu gambaran sangat indah tentang
pengampunan yang diberikan Allah Bapa kepada manusia berdosa yang
mau datang kepadaNya.

Kandil Emas.
Selanjutnya Zakharia melihat kandil emas dan tempat minyak di bagian
atas. Kandil itu memiliki tujuh pelita dan tujuh corot pada masing-
masing pelita yang ada di bagian atasnya – Zakharia 4:2b. Kandil
adalah gambaran dari gereja Tuhan yang bertugas untuk memancarkan
terang Tuhan kepada dunia yang gelap. Minyak berbicara dari hal Roh
Kudus.

Membaca penglihatan ini, saya mengerti bahwa Roh Kudus ditujukan
bagi setiap orang percaya, bukan hanya bagi orang atau kelompok
tertentu. Pada hari Pantekosta, semua murid dipenuhkan dengan Roh
Kudus.

Ada corot/saluran minyak pada setiap pelita = orang percaya. Setiap
saudara dipanggil untuk mencerminkan kasih Allah dan terang Injil
kepada dunia. Tuhan ingin memakai setiap orang percaya. Tetapi bukan
dengan keperkasaan atau kekuatan, melainkan hanya oleh Roh Allah,
kita bisa melakukan segala sesuatu – Zakharia 4:6.

Ketika penglihatan ini diberikan kepada Zakharia, bangsa Israel
sedang mengalami tantangan dan hambatan dari musuh. Dan mereka tidak
memiliki kekuatan. Dalam hidup ini, kita sering berhadapan dengan
berbagai tantangan, dan kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan.
Bagaimana bisa menang dalam peperangan/pergumulan rohani, jika tidak
mempunyai kekuatan. Bagaimana bisa memilih jalan yang benar, jika
tidak mengikuti pimpinan Tuhan. Itu sebabnya kita sangat perlu
mendengarkan suara Tuhan dengan telinga dan hati yang terbuka.

Ada kalanya Tuhan memberikan tugas-tugas yang amat sukar. Tetapi
pada saat yang sama, Ia menyiapkan perlengkapannya, yaitu Roh Kudus.
Dengan Roh Kudus, segala persoalan dan masalah diselesaikan. Sebab
itu, mari taruh harapanmu di dalam Tuhan, maka saudara tidak akan
gagal.

Tuhan memberi tugas kepada Zerubabel untuk membangun rumah Tuhan.
Setiap orang percaya mempunyai tugas membangun rumah Tuhan. Tetapi
ketika tantangan datang, ia menjadi kecil hati. Itu sebabnya melalui
nabi Zakharia, Tuhan hendak membesarkan hatinya. KataNya, "Siapakah
engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah
rata..." – Zakharia 4:7.

Apakah saudara menghadapi banyak tantangan berupa gunung-gunung
besar, dan saudara tidak berdaya? Pemazmur melayangkan matanya ke
gunung-gunung, tetapi pertolongan hanya ia peroleh dari TUHAN yang
menjadikan langit dan bumi – Mazmur 121:1-2. Kita memiliki Allah
yang begitu besar, ajaib, dan tak tertandingi. Segala gunung
pencobaan akan menjadi tanah rata. Haleluya! Kita harus yakin, bahwa
Dia adalah Allah yang Maha Kuasa. BagiNya tidak ada yang mustahil.

Tetaplah Setia.
Jika Tuhan memulai sesuatu, Dia akan menyelesaikannya, dan tidak ada
yang dapat menghalangiNya – Zakharia 4:9. Gunung-gunung besar akan
diratakan. Dan jika ada yang merendahkan dan memandang hina pada
pekerjaan Tuhan yang sedang kita lakukan, jangan hiraukan – Zakharia
4:10. Jangan terpengaruh pada pendapat orang. Pandanglah hanya
kepada Dia yang duduk di atas takhta di surga, dan kita tidak akan
kecewa!

Tak seorangpun tahu berapa banyak waktu tersisa bagi kita untuk
bekerja membangun rumah Tuhan. Namun saya ingin mendorong saudara
untuk memanfaatkan waktu yang ada, dan terus mengerjakan tugas
dengan sebaik-baiknya, selagi masih ada kesempatan.

Setiap kita memiliki panggilan dan diperlengkapi dengan
corot/saluran minyak Roh Kudus agar dapat menunaikan tugas yang
Tuhan berikan untuk membagikan kasihNya kepada dunia. Mari tetaplah
setia, dan buka hati bagi Dia, agar saudara dan saya dapat memenuhi
panggilan Tuhan.Tuhan memberkati saudara! (Rev.Arto
Sadeaho,Finlandia).


 
Tuhan Adalah Gembalaku

Ayat bacaan: Mazmur 23:1-3
=======================
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya."
 

Banyak orang yang akan segera membuka kitab Mazmur ketika butuh penghiburan. Mazmur adalah sebuah kitab yang menyenangkan untuk dibaca karena hampir seluruh isinya menggambarkan hubungan erat antara para penulisnya dan Tuhan. Ada begitu banyak kata-kata penghiburan yang mampu menguatkan kita kembali bisa dijumpai di kitab Mazmur yang cukup tebal itu. 150 pasal penuh dengan tulisan-tulisan yang seringkali puitis, dan mestinya mampu menyentuh segala sendi kehidupan kita. Tidaklah mengherankan jika John Calvin dalam bukunya "Heart Aflame" mendeskripsikan Mazmur sebagai "an anatomy of all the parts of the soul." alias "anatomi dari seluruh bagian jiwa."Mengapa demikian? Ini alasannya "since every experience, every emotion, all the heights and depths, all the joys and sorrows, all the mysteries of human life, are here." Segala yang berhubungan dengan sisi kehidupan kita disinggung di dalam kitab Mazmur. Sebagian besar dari Mazmur akan bermuara kepada satu nama yang sangat tidak asing lagi, yaitu Daud. Ada setidaknya 73 bagian yang mencatat Daud sebagai penulisnya. Selain tulisannya sendiri, berbagai bagian dalam Mazmur juga dikumpulkan atas usahanya. Itulah sebabnya kitab Mazmur lebih sering diasosiasikan dengan Daud. Kita bisa melihat bagaimana hubungan yang sangat intim antara Daud dan Tuhan di dalam Mazmur. Apakah Daud orang yang tidak pernah mengalami masalah? Tentu saja tidak. Justru dia mengalami begitu banyak pergumulan, tapi begitu sering pula kita melihat bagaimana ia tidak membiarkan masalah itu mengganggu sukacitanya, karena ia percaya Tuhan akan selalu berada bersamanya dalam keadaan apapun. Dalam salah satu tulisannya dia menyatakan bahwa Tuhan adalah gembalanya. "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya."(Mazmur 23:1-3) Inilah yang hendak saya angkat dalam renungan hari ini.

Pernahkah anda berpikir mengapa Daud menyebutkan Tuhan sebagai Gembala? Saya berpendapat bahwa itu tidak terlepas dari pengalamannya menggembalakan domba milik ayahnya sejak kecil. Ia anak yang tidak dianggap pantas untuk diurapi sebagai raja oleh Samuel. Tugasnya hanya satu: menggembalakan domba. Tapi ternyata Daudlah yang menjadi raja Israel bahkan dikatakan sebagai yang terbesar.
 Pengalamannya menggembala domba ternyata merupakan sebuah persiapan tersendiri mengenai bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan juga menjadi kesempatan untuk mengalami Tuhan secara langsung. 

Mari kita lihat kata-kata Daud ketika ia merasa terbakar mendengar provokasi yang dilakukan Goliat dan tentara-tentara Filistin lainnya. Pada saat itu semua tentara Israel termasuk Saul merasa ketakutan karena mereka jelas kalah besar dan kalah lengkap dibandingkan Goliat, tentara Filistin dan seluruh peralatan perang mereka yang lengkap, termasuk perisai dan baju besi pelindung yang secara detail disebutkan dalam 1 Samuel 17:4-7. Tapi ada perbedaan nyata memandang itu semua antara Daud dan para prajurit Israel lainnya. Apa yang membedakan adalah sebuah
 pengalaman pribadi bersama Tuhan. Itu kelebihan Daud yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dan uniknya semua itu ia alami dalam masa-masa dirinya menjadi seorang gembala domba. Daud berkata: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya." (ay 34-35). Bayangkan anak kecil yang mampu melawan singa atau beruang demi melindungi domba-domba gembalaannya! Jika ia mampu menghadapi singa dan beruang, mengapa harus takut kepada Goliat? "Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." (ay 36). Pertanyaannya sekarang, bagaimana mungkin seorang anak kecil yang lemah secara fisik mampu melakukan itu sendirian? Daud memberikan jawabannya. "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." (ay 37). Daud mungkin lemah, tapi Tuhan tidak! Tuhanlah yang melepaskan dirinya dari semua bahaya. Ia tahu bahwa ia berada bersama Tuhan dalam pekerjaannya, dan Tuhan memberkati pekerjaannya yang mungkin tidak ada apa-apanya di mata orang. Ketika yang lain dengan gagah menjadi tentara, ia hanyalah seorang gembala domba. Tapi lihatlah bagaimana penyertaan Tuhan mampu memberikan perbedaan. Justru dalam pekerjaan "sederhana" nya itu ia mengalami penyertaan Tuhan secara nyata, secara pribadi. Dan itu membuat cara pandang Daud berbeda dari orang Israel lainnya. Kita tahu apa yang terjadi selanjutnya. Daud berhasil mengalahkan Goliat hanya dengan senjata sederhana, batu dan umban (ketapel).

Saya membayangkan inilah yang diingat Daud ketika ia tengah memuji Tuhan dan merenungkan kebaikanNya. Dan ayat emas yang saya angkat sebagai ayat bacaan hari ini pun lahir.
 "TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya." (Mazmur 23:1-3). Daud ingat akan pengalamannya sebagai gembala, yang rela mengorbankan nyawa demi melindungi domba-dombanya. Dia bekerja melindungi domba-domba yang dituntunnya agar selamat. Bukankah Tuhan pun demikian? Penyertaan Tuhan terbukti mampu melindunginya dari cakaran singa dan beruang,  juga dari raksasa Goliat yang berperalatan lengkap, dan itu merupakan sebuah pengalaman pribadi tersendiri yang luar biasa. Itulah sebabnya Daud bisa berkata bahwa Tuhan adalah gembalanya. Di kemudian hari Yesus kembali menyatakan dengan sangat jelas mengenai hal ini. "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya."(Yohanes 10:11). Apa yang membedakan antara gembala yang baik dan hanya sekedar orang yang menjalankan tugas saja? "..seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu." (ay 12-13). Sedangkan seorang gembala yang baik akan mengenal domba-dombanya dan sebaliknya domba-domba pun mengenalnya. (ay 14). Dan seperti itulah bentuk dari gembala yang baik, dimana Yesus bukan hanya sekedar menyatakan tapi telah pula membuktikan diriNya sebagai Gembala yang baik. "Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku." (ay 15). Perkataan Yesus ini menggambarkan hubungan tepat seperti apa yang dialami Daud, dan inilah yang berlaku juga kepada kita hari ini. Kita adalah domba-domba yang lemah, yang rentan, namun bersama Gembala yang baik, kita tidak perlu khawatir. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Apakah kekhawatiran hari ini masih menyita hidup anda? Apakah berbagai tekanan terus melemahkan anda? Apakah pekerjaan anda hari ini terasa begitu biasa-biasa saja dan kelihatan rendah di mata orang lain? Dari pengalaman Daud kita bisa berkaca bahwa Tuhan bisa memakai itu semua secara luar biasa. Tuhan tetap bisa pakai itu agar kita bisa mengalamiNya secara pribadi. Sesungguhnya mengalami Tuhan secara pribadi mampu memberikan cara pandang yang berbeda. Ayub sendiri akhirnya mengakui bahwa lewat penderitaanlah ia akhirnya mengenal Tuhan secara pribadi, bukan lagi atas apa kata orang semata.
 "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau." (Ayub 42:5). Kita akan bisa mengakui bahwa Tuhan adalah Gembala yang baik, yang tidak akan membiarkan kita kekurangan, ketika kita sudah mengalami sendiri pengalaman-pengalaman indah bersama Tuhan. Dan itu bisa terjadi lewat pekerjaan kecil sekalipun, lewat berbagai penderitaan dan masalah yang mungkin sedang kita alami. Oleh karena itu jangan kecil hati, jangan patah semangat, tapi bersyukurlah senantiasa. Alamilah penyertaan Tuhan secara pribadi, hingga pada suatu ketika kita bisa dengan keyakinan penuh berkata: "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."

 
Amsal 1:7-10
Dunia kita sekarang ini bergerak dalam satu keadaan di mana ilmu pengetahuan berkuasa. Semua dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan. Semua orang merindukan pengetahuan. Orang tua ingin supaya anak-anaknya memperoleh pengetahuan. Manusia sekarang berpendapat bahwa tanpa pengetahuan masa depan suram.

Pada abad ke 15,16, pada zaman Rennaisance, muncul aliran filsafat bernama rasionalisme. Pada zaman tersebut lahir seniman-seniman dan ahli-ahli pikir yang hebat dan orang mengagungkan ilmu pengetahuan, budaya dan seni. Tokoh filsafat rasionalesme yang bernama Rene Descartes berkata “Cogito ego sum” yang berarti aku berpikir, aku ada. Kaum rasionalisme mendewakan kekuatan daya pikir, memberhalakan pengetahuan, mengagungkan kemampuan otak manusia. Mereka berpikir betapa manusia itu kalau memiliki hikmat dan pengetahuan. Tetapi Alkitab menegaskan bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan dari semua pengetahuan. Pengetahuan itu penting, tetapi kita menolak falsafat Descartes : “aku berpikir, aku ada”. Kita percaya bahwa “aku ada karena anugerah Tuhan” (I Korintus 15:10). Jadi, yang pertama dalam hidup ini adalah Tuhan, sebab ayat pertama dalam Alkitab berbunyi “Pada mulanya Allah..” (Kejadian 1:1) dan ayat terakhir dari Alkitab berbunyi ” Tuhan Yesus” (Wahyu 22:21). Jadi fondasi dari semua kehidupan manusia adalah takut akan Tuhan. Permulaan segala pengetahuan, pendidikan, pengajaran, kecerdasan, kearifan adalah takut akan Tuhan.


Lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak-anak adalah dalam keluarga. Amsal 1:8-9. Alkitab menggariskan bahwa pendidikan pertama adalah tugas orang tua, bukan guru sekolah, terutama pendidikan dari umur 0-5 tahun sebelum masuk sekolah adalah pendidikan yang penuh di dalam keluarga. Pendidikan penting di dalam keluarga ialah tentang takut akan Tuhan. Efesus 6:4. Kunci kesuksesan anak-anak adalah apabila orang tua mendidiknya di rumah tentang takut akan Tuhan. Ulangan 6:4-7. Pengetahuan tentang Tuhan (teologi) harus diajarkan sepanjang hari di rumah. Orang tua harus mendorong anak-anak untuk beribadah karena dalam ibadah di gereja kita semua mendapatkan didikan tentang takut akan Tuhan. Anak-anak harus mendengar nasehat dan didikan orang tua terutama dalam soal kerohanian karena ini adalah syarat untuk sukses masa depan, untuk menerima berkat Tuhan. Efesus 6:1-3.

Bapa dalam keluarga harus memberi teladan soal kerohanian kepada anak-anak. Kejadian 26:3-5. Ishak diberkati karena Abraham ayahnya yang taat kepada Tuhan. Ketaatan Bapak pada Firman Tuhan mempunyai pengaruh besar kepada anak-anak, bahkan kepada cucu-cucu. Bukan saja Ishak, Yakub juga diberkati karena Abraham. Berkat Tuhan itu selalu lintas generasi. Ibu mempunyai kewajiban penting dalam mendidik anak terlebih-lebih jika suami sibuk. II Timotius 1:5. Timotius mengenal Tuhan karena Eunike ibunya, dan juga karena doa Lois neneknya. Lois dan Eunike menginvestasi iman dalam hidupnya Timotius. Jangan lupa membimbing anak-anakmu, menantumu, cucumu, untuk takut akan Tuhan. Investasi terbesar dalam keluarga Kristen adalah sifat takut akan Tuhan. Marilah kita dalam keluarga masing-masing saling mengingatkan tentang pentingnya permulaan segala pengetahuan, yaitu takut dan hormat kepada Tuhan. Haleluyah. Amin!

Yoel 2 : 28
…Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan.


 
TALENTA, KETEKUNAN, DAN BERKAT


Banyak orang memiliki talenta yang luar biasa namun hanya berdiam diri saja. Mereka mempunyai pemikiran sendiri bahwa berkat itu akan selalu datang dan menghampiri kehidupan mereka.



Bila kita melihat tentang seorang pembuat pisau, maka pisau itu akan terus diasah, ditempa, dan dibakar agar ujung pisau benar-benar runcing dan siap untuk digunakan. Kita tidak akan bisa memotong dengan pisau yang tumpul.



Demikian pula dengan talenta yang kita miliki tidak akan bisa mendatangkan berkat bila tidak terus diasah dan ditumbuhkembangkan. Kerjakanlah segala sesuatu yang sesuai keahlian/talenta dengan tekun. Kerjakan segala sesuatu dengan suka cita dan penuh dengan ucapan syukur.



Bila diantara kita tidak mengetahui apa sesungguhnya talente yang Tuhan percayakan, maka teruslah berkarya dan lakukan apa pun selama kita masih bisa melakukannya. Disitulah kita sesungguhnya sedang mengasah talenta dan tiba pada saatnya nanti berkat dari Tuhan akan tercurah.



Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.

Roma 5:3-4